Devlog 01 : Monitor Kecil


Devlog #01 Monitor Kecil

 Minggu, 2 November 2025

Cerita / Lore Awal

Arin suka menatap layar itu. Kadang-kadang, layar itu seperti menatap ke belakang.

Arin tidak pernah benar-benar kesepian. Bukan karena rumahnya ramai, tapi karena selalu ada layar itu di sudut kamar. Monitor tua dengan bingkai tebal dan suara kipas kecil yang berdengung pelan, seperti napas orang yang sedang tidur.

Setiap malam, setelah semua lampu rumah dimatikan, Arin memerintahkan keluar dari tempat tidur. Ia duduk bersila di depan layar, dalam gelap. Kadang-kadang ia hanya menatap pantulan wajahnya sendiri. Kadang-kadang ia berbicara pelan, seperti bertato dengan teman rahasia.

"Halo", katanya setiap malam, suara nyaris tak terdengar.

Dengung kipas menjawabnya, stabil, dan lembut.

Layarnya jarang menyala. Namun bahkan saat mati, pantulan dirinya di permukaan hitam terasa aneh. Seperti ada jeda sepersekian detik antara senyum di wajahnya dan senyum di pantulan.

Pertama kali ia menyadarinya, Arin mundur pelan.

Tapi keesokan malamnya, dia kembali lagi.

Dan besoknya.

Dan besoknya lagi.

Hari-hari Arin sederhana.

Sekolah. Pulang. Baca buku. Layar. 

Ia tidak punya banyak teman, tapi ia tidak merasa perlu. Di layar itu, dia bisa berbicara tentang apa saja:

Tentang guru yang cerewet,

Tentang hujan deras yang membuat sepatunya basah,

Tentang suara kipas yang ia anggap seperti mesin yang selalu mendengarnya.

"Kau dengar aku, kan?" katanya suatu malam.

"Aku tahu kau dengar."

Tentu saja layar tidak menjawab.

Tapi malam itu, lampu indikator kecil di pojok kanan bawah berkedip sekali, pelan.

Arin terkesiap, lalu tertawa kecil.

"Mungkin kamu ngantuk", gumamnya. Tapi sejak saat itu, ia mulai memperlakukan layar seperti makhluk hidup.

Beberapa bulan kemudian, Arin mulai mencatat hal-hal aneh. Layar kadang menyala sendiri saat ia mendekat. Pantulan wajahnya kadang sedikit berubah, seperti bayangan yang terlambat menyusulnya. Suara kipas semakin jelas terdengar, seperti tarikan napas dalam ruang kosong.

Ia tidak takut.

Bagi Arin, itu seperti permainan rahasia yang hanya mereka berdua yang tahu.

Suatu malam, sebelum tidur, ia menempelkan keningnya ke permukaan layar yang dingin.

"Selamat malam", bisiknya.

Layar berkedip satu kali, pelan. Bukan seperti kesalahan. Lebih seperti, jawaban. Arin tersenyum kecil dan kembali ke tempat tidur.

Di luar, hujan turun deras. Di dalam kamar, suara kipas komputer terdengar seperti detak jantung. Ia tidak tahu bahwa suatu hari nanti, layar itu tidak hanya akan memantulkan wajahnya.

Ia akan menyimpannya.

Catatan Pengembang

Cerita ini merupakan pengantar cerita permainan Arin.exe. 

Files

Arin.exe 81 MB
2 days ago

Get Arin.exe

Download NowName your own price

Leave a comment

Log in with itch.io to leave a comment.